Apa Itu Dex Crypto?, 16 Dex Cryptocurrency Terbaik dan Populer 

Apa Itu Dex Crypto?, 16 Dex Cryptocurrency Yang Populer. Decentralized Exchange (DEX) adalah platform perdagangan peer-to-peer di mana pengguna platform ini dapat bertransaksi aset kripto secara non-kustodian atau tanpa membutuhkan perantara untuk memfasilitasi kegiatan transaksi tersebut.

DEX adalah pengganti perantara – seperti bank, broker, pialang, fasilitator pembayaran, atau institusi lainnya – menggunakan smart contract yang berbasis blockchain untuk memfasilitasi pertukaran aset.  

Berbeda dengan transaksi keuangan konvensional, dimana transaksi tersebut bersifat buram dan dilakukan melalui perantara yang memberikan informasi yang sangat terbatas untuk setiap tindakan mereka, DEX memberikan informasi yang sangat transparan mengenai perpindahan dana serta mekanisme untuk melakukan pertukaran. 

Inovasi yang memecahkan permasalahan mengenai likuiditas seperti automated market maker telah berhasil memikat pengguna untuk bergabung dengan decentralized finance (DeFi) dan sebagian besar berkontribusi terhadap pertumbuhannya.

DEX aggregator dan aplikasi ekstensi wallet mempercepat pertumbuhan platform terdesentralisasi dengan mengoptimalkan harga token, biaya swap, dan slippage, sekaligus menawarkan rate yang lebih baik bagi pengguna. 

Baca Juga : 18 Crypto Exchange Indonesia 6 Diantaranya Terbaik dan Populer

Perbedaan DEX dan CEX 

Decentralized Exchanges menggunakan smart contract untuk memudahkan trader membuat order tanpa perantara. Sedangkan centralized exchange dikelola oleh perusahaan dengan struktur sentral seperti bank yang terlibat dalam industri jasa keuangan yang ingin mendapatkan keuntungan. 

Centralized exchange berkontribusi terhadap sebagian besar volume perdagangan di pasar mata uang kripto karena mereka adalah entitas teregulasi yang menyimpan dana pengguna dan memberikan fasilitas kemudahan untuk digunakan bagi pengguna baru.

Beberapa centralized exchange bahkan menyediakan asuransi pada aset yang didepositkan. 

Layanan yang ditawarkan oleh centralized exchange sebanding dengan yang ditawarkan oleh bank.

Bank menjaga dana nasabahnya tetap aman dan menyediakan layanan keamanan serta jaminan pengawasan yang tidak dapat diberikan oleh individu secara mandiri, membuatnya menjadi mudah untuk mentransfer dana. 

Sebaliknya, decentralized exchanges memfasilitasi pengguna untuk trading secara langsung melalui dompet mereka melalui interaksi dengan smart contract yang terdapat pada platform trading.

Trader menyimpan dana mereka dan bertanggung jawab sendiri apabila mereka melakukan kesalahan seperti kehilangan private key atau mengirim dana ke alamat yang salah.  

Bagaimana Cara Kerja Decentralized Exchanges? 

Ada tiga jenis type Decentralized Exchanges: Automated market makers, Order books DEXs dan Agregator DEX. Semuanya memungkinkan pengguna untuk berdagang langsung satu sama lain melalui smart contract mereka.

dilain sisi DEX aggregator mampu menentukan harga terbaik atau biaya gas terendah untuk transaksi yang diinginkan pengguna, juga menjadi kategori yang banyak digunakan. 

Salah satu manfaat utama DEX adalah determinisme tingkat tinggi yang dicapai dengan menggunakan teknologi blockchain dan smart contract yang tidak dapat diubah.

Sedangkan di centralized exchanges (CEX), seperti Coinbase atau Binance, platform memfasilitasi perdagangan melalui matching engine internal exchange, DEX mengeksekusi perdagangan melalui smart contract dan transaksi on-chain.

Selain itu, DEX memungkinkan pengguna untuk memegang penuh dana mereka melalui dompet yang dikelola sendiri selama perdagangan. 

Pengguna DEX umumnya akan dikenakan dua jenis biaya, yaitu biaya jaringan dan biaya perdagangan.

Biaya jaringan adalah biaya gas dari transaksi on-chain, sementara biaya perdagangan dipungut oleh protokol yang bersangkutan, penyedia likuiditasnya, pemegang token, atau gabungan dari entitas-entitas ini sebagaimana ditentukan oleh desain protokol. 

Visi utama sebagian besar DEX adalah menyediakan infrastruktur on-chain yang dapat diakses oleh pengguna tanpa memerlukan perizinan, end-to-end, dan tidak adanya potensi kegagalan serta hak kelola yang tersebar di seluruh komunitas pemegang saham yang terdistribusi.

Yang berarti hak tata kelola protokol diatur oleh decentralized autonomous organization (DAO), yang terdiri dari komunitas pemegang saham, dimana mereka memiliki hak suara untuk mengambil keputusan protokol utama.  

Namun, memaksimalkan desentralisasi protokol sekaligus membuatnya tetap kompetitif dalam lingkungan DEX yang kompetitif bukanlah hal yang mudah,

karenanya tim developer inti dibelakang DEX pada umumnya akan memberikan keputusan yang lebih tepat terkait mekanisme protokol utama dibandingkan dengan komunitas pemegang saham yang terdistribusi.

Meski begitu, banyak DEX memilih menggunakan sistem pengelolaan terdistribusi dalam upaya untuk meningkatkan keberlangsungan protokol dan stabilitas jangka panjang. 

Automated market makers (AMM) 

Sistem automated market maker (AMM) yang mengandalkan smart contract diciptakan untuk memecahkan masalah likuiditas.

Penciptaan bursa ini sendiri sebagian besar berasal dari pemikiran pendiri Ethereum, Vitalik Buterin, tentang decentralized exchange, yang menguraikan tentang cara menjalankan perdagangan di blockchain menggunakan kontrak kepemilikan token. 

AMM mengandalkan layanan blockchain yang menyediakan informasi dari bursa dan platform lain untuk menetapkan harga aset yang diperdagangkan yang disebut oracle blockchain. Daripada menyesuaikan pesanan pembelian dan pesanan penjualan, smart contract ini menggunakan pool aset yang telah terdanai sebelumnya, yang dikenal sebagai pool likuiditas.  

Pool ini didanai oleh para pengguna yang kemudian akan berhak atas komisi transaksi yang dibebankan oleh protokol untuk mengeksekusi perdagangan tersebut.

Penyedia likuiditas ini perlu menyetor sejumlah aset dengan nilai yang setara dari setiap pasangan mata uang kripto dalam trading pair untuk mendapatkan bunga atas kepemilikan kripto mereka, proses ini dikenal sebagai liquidity mining.

Apabila pengguna mencoba menyetor aset yang satu lebih banyak daripada aset yang lain, smart contract dibalik pool ini akan membatalkan transaksi tersebut. 

Penggunaan pool likuiditas memungkinkan para trader untuk memproses pesanan atau mendapatkan bunga secara otomatis dan bebas izin.

Pertukaran ini biasanya memiliki peringkat sesuai dengan jumlah dana yang terkunci dalam smart contract mereka, yang disebut total value locked (TVL), model AMM memiliki sisi negatif ketika likuiditas tidak mencukupi, yaitu slippage. 

Slippage terjadi ketika kurangnya likuiditas pada platform yang mengakibatkan pembeli membayar harga lebih tinggi dari harga pasar untuk pesanan mereka, dimana untuk jumlah pesanan yang lebih besar akan mendapatkan slippage yang lebih tinggi.

Minimnya likuiditas dapat mencegah penjual besar menggunakan platform ini, karena pesanan besar kemungkinan akan mengalami slippage yang besar jika tidak ada likuiditas yang memadai. 

Para penyedia likuiditas juga menghadapi berbagai risiko termasuk kerugian tidak permanen, yang merupakan akibat dari penyetoran dua aset untuk trading pair tertentu.

Ketika salah satu aset ini lebih volatil daripada yang lain, perdagangan di bursa dapat menurunkan nilai salah satu aset dalam kumpulan likuiditas. 

Jika harga aset yang sangat fluktuatif naik sementara jumlah yang disimpan penyedia likuiditas turun, penyedia likuiditas menderita kerugian yang tidak permanen. Kerugian ini tidak permanen karena harga aset masih dapat bergerak kembali naik dan perdagangan di bursa dapat menyeimbangkan rasio likuiditas pair.

Rasio pair menggambarkan proporsi setiap aset yang dimiliki dalam pool likuiditas. Selain itu, biaya yang dikumpulkan dari perdagangan dapat menutupi kerugian dari waktu ke waktu. 

Meskipun sebagian besar desain AMM saat ini menangani mata uang kripto, AMM juga dapat digunakan untuk memfasilitasi pertukaran NFT, aset nyata yang ditokenisasi, dan banyak lagi. 

Order book DEX

Order book mengumpulkan data semua order terbuka yang digunakan untuk membeli dan menjual aset dalam pasangan tertentu.

Order beli menandakan bahwa trader dapat membeli atau menawar aset pada harga tertentu, sementara order jual berarti trader dapat menjual atau mengajukan harga tertentu untuk aset yang dimaksud. Selisih antara harga-harga tersebut akan menentukan kedalaman order book dan harganya di pasar bursa. 

Order book DEX memiliki dua tipe: order book on-chain dan order book off-chain. DEX yang menggunakan Order Book umumnya menampung semua order terbuka secara on-chain, sementara dana pengguna tetap berada di dompet mereka.

Bursa-bursa ini memungkinkan para trader untuk menambah posisi mereka menggunakan dana yang dipinjam dari pemberi pinjaman di platform mereka.

Leveraged trading meningkatkan potensi penghasilan sebuah perdagangan, tetapi juga memperbesar risiko likuidasi karena menambah besaran posisi menggunakan dana pinjaman, yang harus dilunasi bahkan jika trader mengalami kerugian.  

Meskipun demikian, platform DEX yang menampung order book mereka di luar blockchain hanya melakukan transaksi di blockchain untuk memberikan kemudahan pertukaran mata uang kepada para pedagang.

Menggunakan order book off-chain membantu bursa mengurangi biaya dan meningkatkan kecepatan untuk menjamin bahwa perdagangan dieksekusi pada harga yang diinginkan oleh pengguna. 

Aggregator DEX 

Aggregator DEX menggunakan beberapa protokol dan mekanisme yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan likuiditas.

Platform ini pada dasarnya mengumpulkan likuiditas dari beberapa DEX untuk meminimalkan slippage pada order skala besar, mengoptimalkan biaya swap dan harga token, serta menawarkan harga terbaik kepada trader dalam waktu sesingkat mungkin. 

Melindungi pengguna dari pergeseran harga yang signifikan dan mengurangi kemungkinan transaksi yang gagal adalah dua tujuan penting dari DEX aggregator.

Beberapa DEX aggregator juga menggunakan likuiditas dari platform terpusat untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna, namun tetap non-kustodian dengan memanfaatkan integrasi pada centralized exchange tertentu. 

dex crypto

Beberapa Contoh DEX Crypto

Automated market makers (AMM) DEX : Beberapa AMM DEX yang populer diantaranya Bancor, Balancer, Curve, PancakeSwap, Sushiswap, Trader Joe, dan Uniswap. 

Order book DEX : Beberapa order book DEX yang populer diantaranya 0x, dYdX, Loopring DEX, dan Serum. 

Aggregator DEX : Beberapa DEX aggregator yang populer diantaranya 1Inch, ParaSwap, Open Ocean, Orion Protocol dan Jupiter Agregator. 

Resiko Menggunakan DEX Crypto

DEX telah memberikan demokrasi akses ke perdagangan dan penyediaan likuiditas melalui jaminan eskekusi yang baik, transparansi yang lebih baik, dan bebas perizinan. Namun, DEX juga memiliki berbagai risiko, diantaranya adalah 

Resiko smart contract – Blockchains dianggap sangat aman untuk mengeksekusi transaksi keuangan. Meski demikian, kualitas kode smart contract tetap bergantung pada keahlian dan pengalaman tim yang mengembangkannya.

Bug, peretasan, celah, kelemahan dan eksploitasi smart contract bisa saja terjadi, sehingga membuat pengguna DEX rentan terhadap ancaman kehilangan dana. Developer bisa mengantisipasi risiko ini melalui audit keamanan, kode peer-review, dan uji coba yang baik, tetapi kewaspadaan harus selalu ada. 

Resiko likuiditas – Meskipun DEX menjadi semakin populer, beberapa pasar DEX memiliki kondisi likuiditas yang buruk, yang menyebabkan terjadinya slippage dalam jumlah besar sehingga menyebabkan terjadinya kerugian dan pengalaman pengguna yang kurang baik.

mayoritas kegiatan perdagangan masih dilakukan di centralized exchanges, ini tentu berakibat pada kurangnya likuiditas pada trading pair DEX. 

Resiko frontrunning – Karena sifat publik dari transaksi blockchain, perdagangan DEX dapat dikendalikan oleh arbitrageurs atau bot Maximal Extractable Value (MEV) yang mencoba mengambil keuntungan dari pengguna yang tidak sadar.

Mirip seperti perdagangan frekuensi tinggi di pasar konvensional, bot ini mencoba mengeksploitasi ketidakefisienan pasar dengan membayar biaya transaksi yang lebih tinggi dan mengoptimalkan latensi jaringan untuk mengeksploitasi perdagangan DEX dari pengguna awam. 

Resiko sentralisasi – Meskipun banyak DEX bertujuan untuk memaksimalkan desentralisasi dan keberlangsungan sistem mereka, namun risiko sentralisasi masih bisa terjadi.

Misalnya, matching engine DEX yang di-host di server terpusat, tim developer yang memiliki akses administratif ke smart contract DEX, dan penggunaan infrastruktur bridging token yang berkualitas rendah. 

Resiko jaringan – Karena pertukaran aset difasilitasi oleh blockchain, menggunakan DEX mungkin sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan jika jaringan mengalami gangguan atau downtime, membuat pengguna DEX rentan terhadap pergerakan pasar. 

Resiko token – karena banyak DEX memberikan izin pembuatan market tanpa pengecualian – memungkinkan siapa pun untuk membuat market untuk token apa pun – risikonya pembelian token palsu atau berpotensi merugikan bisa lebih tinggi daripada di centralized exchange. 

Selain hal di atas, beberapa pengguna mungkin menganggap bahwa memiliki hak penuh atas private key mereka merupakan tantangan yang berat.

Sementara memegang kendali penuh atas aset adalah salah satu manfaat utama yang ditawarkan oleh visi Web3, sebagian besar pengguna mungkin lebih memilih untuk menempatkan aset mereka pada pihak ketiga yang dipercaya.

Akan tetapi, dengan menerapkan prosedur keamanan dan manajemen private key yang baik, akan membuat lebih banyak pengguna dapat menikmati manfaat dari mempertahankan kontrol penuh atas aset mereka sambil mengakses ekosistem layanan keuangan open-source yang canggih. 

Keuntungan menggunakan DEX Crypto

Perdagangan di bursa terdesentralisasi mungkin saja memakan biaya yang besar, terutama apabila biaya transaksi jaringan tinggi untuk eksekusi perdagangan. Meskipun begitu, terdapat banyak keuntungan menggunakan platform DEX. 

Ketersediaan token Centralized exchange perlu menyeleksi token secara khusus dan memastikan semua token tersebut sesuai dengan peraturan lokal sebelum listing.

Decentralized exchange dapat memasukkan token apa pun yang dibuat pada blockchain yang mereka bangun, artinya proyek-proyek baru akan dapat dimasukkan ke dalam bursa ini sebelum tersedia di centralized exchange. 

Anonimitas (Kerahasiaan) – Saat pengguna melakukan pertukaran mata uang kripto yang satu dengan yang lain, kerahasiaan identitas mereka tetap terjaga di DEX.

Berbeda dengan centralized exchange, Menggunakan DEX pengguna tidak perlu melalui proses identifikasi standar yang dikenal sebagai Know Your Customer (KYC).

Proses KYC adalah pengumpulan informasi pribadi trader, termasuk nama lengkap mereka yang sah serta foto dari dokumen identitas mereka yang diterbitkan oleh pemerintah. Karenanya, DEX menarik perhatian banyak orang yang tidak ingin diidentifikasi. 

Mengurangi resiko keamanan – Penguna mata uang kripto profesional yang memegang dana mereka sendiri memiliki risiko yang lebih kecil untuk dibobol dengan menggunakan DEX, karena bursa ini tidak mengontrol dana mereka.

Trader menyimpan dana mereka dan hanya berinteraksi dengan bursa ketika mereka menginginkannya. Jika platform diretas, hanya penyedia likuiditas yang mungkin berisiko. 

Mengurangi risiko counterparty – Resiko counterparty terjadi ketika pihak lain yang terlibat dalam transaksi tidak memenuhi bagiannya dalam kesepakatan serta gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya. Dikarenakan DEX beroperasi tanpa perantara dan berbasis pada smart contract, risiko ini pun hilang. 

Untuk memastikan tidak ada risiko lain yang muncul saat menggunakan DEX, pengguna dapat melakukan pencarian melalui web untuk mengetahui apakah kontrak pintar bursa telah diaudit dan dapat membuat keputusan berdasarkan pengalaman trader lainnya. 

Cara menggunakan decentralized exchanges DEX

Untuk menggunakan decentralized exchange Anda tidak memerlukan proses pendaftaran, bahkan Anda tidak memerlukan alamat email untuk berinteraksi dengan platform ini.

Sebaliknya, trader akan membutuhkan wallet yang kompatibel dengan smart contract di jaringan exchange. Siapa saja yang memiliki smartphone dan koneksi internet dapat memanfaatkan layanan keuangan yang disediakan oleh DEX. 

Untuk menggunakan DEX, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan jaringan mana yang ingin digunakan, mengingat setiap perdagangan akan dikenakan biaya transaksi.

Yang berikutnya adalah memilih wallet yang kompatibel dengan jaringan tersebut dan menyetor sejumlah token asli. Token asli ini adalah token yang digunakan untuk membayar biaya transaksi di jaringan tertentu. 

Ekstensi wallet yang memungkinkan pengguna untuk mengakses dana mereka secara langsung melalui browser sehingga mempermudah interaksi dengan Decentralized Applications (DApps) seperti DEXs.

Dompet ini dipasang seperti ekstensi lainnya yang memungkinkan pengguna untuk mengimpor dompet yang sudah ada melalui seed phrase, atau private key atau dengan membuat dompet yang baru. Untuk keamanan lebih lanjut bisa diperkuat dengan kata sandi. 

Wallet ini juga biasanya memiliki aplikasi seluler sehingga trader dapat menggunakan protokol DeFi ketika sedang bepergian, sebab tersedia browser bawaan yang disiapkan untuk berinteraksi dengan jaringan smart contract.

User dapat mensinkronisasi wallet antar perangkat dengan mengimpor dari satu perangkat ke perangkat lainnya.  

Setelah memilih wallet, mereka perlu mendanai wallet dengan koin yang akan digunakan untuk membayar biaya transaksi di jaringan tersebut. Koin-koin ini harus dibeli di centralized exchanges dan mudah diketahui melalui label simbol yang mereka gunakan, seperti ETH untuk Ethereum.

Setelah membeli koin, pengguna hanya perlu mencairkannya ke dompet yang mereka miliki.  

Penting untuk berhati-hati agar tidak mentransfer dana ke jaringan yang salah.

Oleh karena itu, pengguna harus benar-benar memastikan menarik dana mereka ke jaringan yang benar. Dengan dompet yang telah didanai, pengguna dapat menghubungkan wallet mereka dengan bantuan pop-up prompt atau mengklik tombol “Connect Wallet” di salah satu sudut di situs web DEXs. 

Kesimpulan 

DEX adalah tiang utama ekosistem mata uang kripto, yang memungkinkan para penggunanya untuk memperdagangkan aset digital dengan cara peer-to-peer tanpa memerlukan perantara.

DEX telah mengalami banyak perkembangan dan inovasi dalam beberapa tahun terakhir berkat likuiditas instan yang dapat difungsikan untuk token yang baru diluncurkan, pengalaman proses masuk yang lancar, akses demokrasi untuk perdagangan dan penyediaan likuiditas yang mereka sediakan. 

Namun, tetap harus diperhatikan apakah dominasi dari aktivitas perdagangan akan bermigrasi ke DEX dan apakah desain DEX ini akan mendukung untuk pertumbuhan jangka panjang dan adopsi institusional.

Pada saat ini, DEX diharapkan tetap menjadi infrastruktur penting untuk ekosistem mata uang kripto dan terus mengalami perkembangan dalam skalabilitas transaksi, keamanan smart contract, infrastruktur governance, dan pengalaman pengguna. 

 

Mungkin Anda juga menyukai